Tag: kota jogja

Rekreasi Rekreasi Di Studio Alam Gamplong Kota Yogyakarta

Walaupun tetap terus lakukan pembangunan, Gamplong Studio Alam sebagai yogyakarta lokasi shooting film Sultan Agung sudah siap didatangi sebagai tujuan rekreasi baru. Bahkan juga, beberapa lalu telah disahkan oleh Presiden RI, Joko Widodo. Di atas sebuah tanah lega dan kebun kas dusun selebar sekitaran 2 hektar, sudah dibuat beberapa tiruan konstruksi jaman penjajahan Belanda. Masuk teritori ini, benteng Batavia menjadi satu diantara bangunan yang mengundang perhatian. Selain tiruan ini serupa dengan aslinya, karena faktor sejarah di mana benteng Batavia menjadi cikal akan terciptanya Indonesia. Bila ingat cerita saat sebelum dibuatnya benteng Batavia, seperti dibawa ke arah tahun 1619. Cerita lama yang tersisa kesuraman saat Jan Pieterszoon Coen mengalahkan Jayakarta nyaris empat era lalu.

Asal Saran Gamplong

Di tanah lega itu sudah berdiri secara gagah tiruan benteng Batavia warna hitam sama seperti yang sudah direncanakan Coen, di inspirasi dari ide kota benteng ala-ala Romawi. Tembok warna abu-abu menghampar memanjang ikuti garis sungai di depannya. Sungai itu adalah buatan Sungai Ciliwung sebagai sumber kehidupan pada jaman penjajahan Belanda.

Agar dapat masuk ke dalam tiruan benteng Batavia itu kita harus melalui jembatan angkat yang ada sama persis di muka pintu masuk benteng. Konstruksi jembatan ini dibuat style tradisionil ciri khas Belanda. Pastilah jembatan ini mengingati kita dengan jembatan angkat di Kota Intan teritori Kota Tua—jembatan Belanda yang sampai saat ini tetap sisa dan tercatat sebagai bangunan cagar budaya.

Dalam Sejarah Kota Yogyakarta

Pintu gerbang tiruan benteng Batavia membubung dengan kuat. Warna coklat tua seperti pintu kastil. Disini pintu masuk kota Batavia. Didalamnya memvisualisasikan sejumlah bangunan Belanda pada periode tersebut. Ada tiga bangunan khusus yang memiliki bentuk hampir serupa di situ. Jendela dan pintu bangunan itu warna cokelat tua. Jendelanya mempunyai dua daun pintu dan terdapat terali-terali. Konstruksi pada bagian kiri mempunyai dua lantai. Dari semua bangunan, bila disaksikan di luar, ciri-ciri exterior rumah Belanda benar-benar kental. Ciri-ciri ini bisa kelihatan dari kecondongan simetris pada penempatan jendela dan pintunya, yang mana pintu ada di tengah-tengah dan kanan kirinya ada jendela. Dinding-dinding luarnya memakai warna putih seolah-olah menjadi satu diantara ciri-ciri rumah Belanda.

Pada bagian halamannya ada sebuah kereta kuda tidak ada kudanya. Kereta yang memiliki roda empat ini kemungkinan dapat memuat 2 orang ditambahkan kusirnya. Sejumlah meriam komplet dengan roda penyangga menyengaja ditempatkan di halaman untuk menambahkan kesan-kesan penjajahan Belanda.

Tindakan Peperangan Menantang Belanda

Masih ada kompleks daerah Mataram. Daerah mempunyai foto kehidupan warga Jawa di tahun 1600-an. Sejumlah bangunan di kompleks daerah Mataram memakai daun tebu kering atau disebutkan rapak sebagai atapnya. Yang tidak kalah menarik yakni ada bangunan yang memvisualisasikan Pendopo Sultan Agung yang ada jauh di seberang tiruan kompleks daerah Mataram.

Semua bangunan itu bergabung menjadi satu pada sebuah lokasi namanya Studio Alam Gamplong jogja. Studio alam yang barusan disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo ini berada di Desa Gamplong 1, Kabupaten Sleman. Bukan tanpa argumen, tempat ini awalannya dibangun sebagai latar tempat shooting film garapan sutradara asal Yogyakarta, Hanung Bramantyo, dengan judul Sultan Agung. Tetapi, sesudah proses shooting usai, tempat ini bisa menjadi tempat rekreasi pembelajaran. Nanti tempat ini akan diperkembangkan sebagai pusat kebudayaan, film, dan dokumentasi.

Pembangunan Kembali Studio Alam Gamplong

“Sebetulnya ini, selainnya untuk studio film yang akan datang agar rekreasi pembelajaran. Jika kita tidak shooting, menjadi lokasi rekreasi semacam ini. Tetapi kita masih tahapan pembangunan,” tutur kepala property, Maulana.

Studio Gamplong ini tentu saja bisa menjadi tujuan rekreasi baru di Yogyakarta. Selainnya mempunyai latar lokasi yang bagus, tempat ini dapat menjadi alternative tempat belajar sejarah dan kebudayaan Mataram Islam.

Langkah ke arah ke situ:

Dari Titik 0 Km Yogyakarta – Jalan KH Ahmad Dahlan – Jalan Raya Jogja – Jalan Yogyakarta-Wates – Jalan Wates – Jalan Gedongan – Sesudah jembatan belok ke kiri – Pertigaan ke kanan – Pertigaan ke kiri – Perempatan ke kanan – Pertigaan ke kiri – Gamplong Studio Alam

Baca Juga : Nikmati Liburan Menyenangkan Di Taman Sari Jogja Populer

Liburan Berikut Dengan Keindahan Tugu Kota Jogja Bikin Nyaman

Tugu Jogja merendam arti filosofis mengenai semangat perlawanan atas penjajahan dan sekarang menjadi landmark yang rekat dengan Kota Jogja. Ada pula adat merengkuh atau mencium tugu ini saat lulus kuliah. Tugu Jogja adalah landmark Kota Yogyakarta yang terpopuler. Monumen ini ada pas di tengah-tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berumur nyaris 3 era bermakna yang dalam sekalian simpan sejumlah rekaman sejarah kota Yogyakarta.

Asal Muasal Tugu Jogja Dibangun

Tugu Jogja kurang lebih dibangun satu tahun sesudah Kraton Yogyakarta berdiri. Ketika awalnya berdirinya, bangunan ini secara tegas memvisualisasikan Manunggaling Kalangan Gusti, semangat persatuan masyarakat dan penguasa untuk menantang penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebutkan golong gilig itu tergambar terang pada bangunan tugu, tiangnya berwujud gilig (silinder) dan pucuknya berwujud golong (bulat), hingga disebutkan Tugu Golong-Gilig.

Dengan detail, bangunan Tugu Jogja saat awalnya dibuat berwujud tiang silinder yang meruncing ke atas. Sisi dasarnya berbentuk pagar yang melingkar sementara sisi pucuknya berwujud bundar. Ketinggian bangunan tugu sebelumnya capai 25 mtr..

Semua berbeda di tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncangkan Yogyakarta waktu itu membuat bangunan tugu roboh. Dapat disebutkan, saat tugu roboh ini adalah kondisi peralihan, saat sebelum arti persatuan betul-betul tidak tercermin pada bangunan tugu.

Perbaikan Dan Pembangunan Kembali Tugu Jogja

Kondisi betul-betul berbeda di tahun 1889, saat pemerintahan Belanda melakukan renovasi bangunan tugu. Tugu dibikin bentuk persegi dengan setiap segi dihias seperti prasasti yang memperlihatkan siapa pun yang terturut dalam perbaikan tersebut. Sisi pucuk tugu tidak lagi bundar, tapi berwujud kerucut yang lancip. Ketinggian bangunan jadi lebih rendah, cuma dengan tinggi 15 mtr. atau 10 mtr. lebih rendah dari bangunan sebelumnya. Mulai sejak itu, tugu ini disebutkan sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Pembongkaran bangunan itu sebetulnya adalah strategi Belanda untuk mengurangi persatuan di antara masyarakat dan raja. Tetapi, menyaksikan perjuangan masyarakat dan raja di Yogyakarta yang berjalan selanjutnya, dapat diketahui jika usaha itu gagal.

Sejarah Tugu Jogja Yang Membuat Sama

Jika anda ingin melihat Tugu Jogja sepuas hati sekalian kenang kembali arti filosofisnya, ada kursi yang menghadap ke tugu di sudut Jl. Pangeran Mangkubumi. Jam 05.00 – 06.00 pagi hari adalah saat yang pas, saat udara masih fresh dan sedikit kendaraan motor yang hilir mudik. Kadang-kadang mungkin anda akan dipanggil senyuman ramah pengantar koran yang akan ke arah kantor perputaran harian Kedaulatan Masyarakat.

Demikian identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat beberapa mahasiswa perantau mengutarakan perasaan senangnya sesudah dipastikan lulus kuliah dengan merengkuh atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal tersebut sebagai pernyataan sayang ke Kota Yogyakarta yang hendak selekasnya ditinggalnya, sekalian ikrar jika kelak dia pasti berkunjung kota tersayang ini kembali.

Baca Juga : Rekreasi Rekreasi Di Studio Alam Gamplong Kota Yogyakarta